Stasiun Tugu Yogyakarta yang Menyimpan Banyak Sejarah

Stasiun Tugu Yogyakarta adalah stasiun kereta api utama di Yogyakarta, Indonesia. Mulai beroperasi pada tahun 1892 dan merupakan stasiun kereta api tertua di Indonesia. Memiliki art deco arsitektur yang indah dan menjadi salah satu ikon Yogyakarta.
Stasiun Tugu Yogyakarta saat ini berfungsi sebagai stasiun kereta api utama Yogyakarta, Indonesia. Tempat ini juga merupakan titik awal Jalur Utama Selatan, yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota besar di Indonesia bagian selatan, termasuk Surabaya dan Bali.
Selain itu, Stasiun Tugu juga menjadi tempat yang populer bagi warga lokal dan wisatawan untuk berfoto dan berkumpul. Arsitektur dan desain interior Stasiun Tugu memiliki sejarah panjang dan bersejarah, yang menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Yogyakarta.
Dengan demikian, Stasiun Tugu saat ini berfungsi sebagai stasiun kereta api yang memfasilitas transportasi antar kota dan menjadi salah satu ikon wisata dan budaya Yogyakarta.
Pembangunan Stasiun Tugu Yogyakarta
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J. Baron Sloet van dari Beele memulai pembangunan stasiun di Indonesia pada 17 Juni 1864. Pembangunannya oleh perusahaan swasta Nederlansch Indian Spoorweg Maatschappij (NISM) dengan ukuran lintasan 1435 mm. Sementara itu, pada 8 April 1875, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara di atas Staatssporwegen (SS).
Staatspoorwegen (SS) mendirikan Stasiun Tugu dan beroperasi pada tanggal 12 Mei 1887. Stasiun Tugu ialah stasiun besar kedua di Jogjakarta setelah Stasiun Lempuyangan. Pemerintah Belanda membangun stasiun ini sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil perkebunan dari pedalaman negara ke kawasan pelabuhan. Stasiun Tugu berdiri di atas tanah milik Kesultanan Yogyakarta. Stasiun ini di apit rel kereta api dan terowongan bawah tanah yang menghubungkan peron utara dan selatan, memberikan karakter tersendiri pada Stasiun Tugu Yogyakarta.
Fungsi Stasiun Tugu Yogya
Belanda membangun Stasiun Tugu di Yogyakarta tujuannya, agar transportasi Crops pada wilayah seperti Semarang, Kedu dan Yogyakarta (20 Mei 1842) dapat di akses dengan jalan baja menggunakan gerobak besi yang memanfaatkan tenaga kerbau, sapi dan kuda sebagai tenaganya. Tapi pada tahun 1872 tergantikan menggunakan rel dan kereta api dan mendirikan stasiun dengan tampilan arsitektural kolonial, struktur atap menggunakan beton sedangkan sarana dan prasarana stasiun menggunakan struktur baja yang terdiri dari atap seng, dinding dengan 1,5-2 batu bata, kolom besar yang menopang bagian tengah ruangan, hingga saat ini tampilan dan bentuk bangunan hanya mengalami sedikit perbaikan.
Pada masa kolonial, Belanda menggunakannya untuk akses antar kota/wilayah oleh kereta api jaman belanda. Stasiun Tugu menjadi saksi bisu perjuangan kemerdakaan Indonesia dimana pejuang menggunakan stasiun tersebut untuk perjalanan demi membebaskan Indonesia dari Belanda. Setelah indonesia berhasil mengusir belanda dan merdeka, stasiun digunakan untuk aktifitas jasa.
Masa penjajahan Jepang
Perebutan Stasiun Tugu Yogyakarta oleh Jepang dari Belanda terjadi selama Perang Dunia II. Saat itu, Jepang melakukan invasi dan pencakupan terhadap wilayah-wilayah Indonesia, termasuk Yogyakarta.
Setelah memasuki kota, Jepang memonopoli operasi stasiun kereta api, termasuk Stasiun Tugu, dan menggunakan jalur kereta api untuk memperluas pengaruh dan kontrol militernya di wilayah tersebut. Perebutan Stasiun Tugu oleh Jepang menandai periode pemoccupan dan penindasan yang berlangsung selama Perang Dunia II di Indonesia.
Di bawah pemerintahan Indonesia
Setelah Perang Dunia II berakhir, pemerintah Indonesia memulai proses memulihkan kendali atas wilayah dan fasilitas yang sebelumnya dikuasai oleh penjajah, termasuk Stasiun Tugu. Pemerintah Indonesia melanjutkan operasi stasiun dan memperbarui fasilitas-fasilitas yang ada untuk memenuhi tuntutan transportasi modern.
Setelah kemerdekaan Indonesia, semua properti dinasionalisasi. Rautatiepalvelu (DKA) mengontrol semua jalur kereta api. Kemudian berubah menjadi Perusahaan Kereta Api Negara (PNKA), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) dan terakhir dari 17 tergantikan oleh Perusahaan Kereta Api Umum (PERUMKA) pada September 1992.
PERUMKA adalah singkatan dari Perusahaan Umum Kereta Api, yaitu perusahaan pemerintah Indonesia yang menangani operasi kereta api di seluruh wilayah Indonesia. Dalam mendukung kegiatan, PERUMKA menggunakan Daerah Operasional (DAOP) sebagai unit operasional yang mengelola dan memastikan kelancaran operasi kereta api di wilayah tertentu.
DAOP memiliki tugas dan tanggung jawab meliputi:
- Pengelolaan jalur kereta api dan stasiun-stasiun di wilayah operasi.
- Penyediaan layanan transportasi yang berkualitas dan aman bagi penumpang dan barang.
- Pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur kereta api, termasuk jalur, gerbong, dan stasiun.
- Koordinasi dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah setempat, perusahaan logistik, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan kegiatan transportasi.
DAOP memiliki organisasi dan manajemen yang efektif dan efisien untuk memastikan kelancaran dan kualitas layanan transportasi yang diberikan oleh PERUMKA. Keberadaan DAOP sangat penting bagi kinerja dan kualitas layanan PERUMKA dalam mendukung kegiatan transportasi di wilayah operasi.
Elemen Seni Stasiun Tugu Yogya
Stasiun Tugu Yogyakarta memiliki sejumlah elemen seni yang membuatnya menjadi salah satu ikon budaya dan sejarah kota. Beberapa elemen seni tersebut meliputi:
- Arsitektur bangunan: Belanda nembangun Stasiun Tugu dengan gaya arsitektur yang khas, yang mencerminkan gaya bangunan Eropa pada abad ke-19.
- Interior design: Stasiun Tugu memiliki desain interior yang indah dan bersejarah, termasuk dinding marmer, lampu gantung besar, dan ornamen lain yang memperkayakan tampilan bangunan.
- Patung dan relief: Stasiun Tugu menampilkan patung dan relief yang indah dan bersejarah, yang memperingati kejadian penting dalam sejarah budaya Yogyakarta dan Indonesia.
- Taman dan landskap: Stasiun Tugu memiliki taman dan landskap yang indah dan terawat, yang menambah keindahan dan kenyamanan lingkungan stasiun.
Stasiun Tugu memadukan elemen seni dan arsitektur yang indah dan bersejarah untuk menciptakan suasana yang memukau. Elemen seni ini membuat Stasiun Tugu menjadi salah satu ikon budaya dan sejarah Yogyakarta yang dihargai oleh wisatawan dan penduduk setempat.